Para pemimpin badan intelijen Amerika Serikat (AS) mengungkapkan China akan memperdalam kerja samanya dengan Rusia untuk mencoba menantang AS meskipun ada kecaman internasional atas invasi Ukraina.
“Terlepas dari reaksi global atas invasi Rusia ke Ukraina, China akan mempertahankan kerja sama diplomatik, pertahanan, ekonomi, dan teknologinya dengan Rusia untuk terus berusaha menantang Amerika Serikat, bahkan saat itu akan membatasi dukungan publik,” kata mereka dalam rapat dengar pendapat Komite Intelijen Senat tentang ancaman di seluruh dunia terhadap keamanan AS.
Laporan tersebut sebagian besar berfokus pada ancaman dari China dan Rusia, menilai bahwa China akan terus mengintimidasi saingannya di Laut China Selatan dan akan membangun tindakan mulai 2022, yang dapat mencakup lebih banyak aktivitas di Selat Taiwan atau peluncuran rudal ke Taiwan.
“Mungkin tidak perlu dikatakan, Republik Rakyat China, yang makin menantang Amerika Serikat, secara ekonomi, teknologi, politik, dan militer, di seluruh dunia tetap menjadi prioritas kami yang tak tertandingi,” kata Direktur Intelijen Nasional Avril Haines, penasihat intelijen utama untuk Presiden Joe Biden, dikutipĀ Reuters, Kamis (9/3/2023).
Haines menuturkan untuk memenuhi visi pemimpin China Xi Jinping untuk menjadikan China sebagai kekuatan utama, Partai Komunis Tiongkok (PKT) “makin yakin bahwa hal itu hanya dapat dilakukan dengan mengorbankan kekuatan dan pengaruh AS”.
Dia mengatakan intelijen AS menilai bahwa Beijing yakin mendapat manfaat dari hubungan yang stabil, meskipun ada kritik tajam dari Xi baru-baru ini terhadap Amerika Serikat.
Xi menyalahkan barat atas kesulitan ekonomi China dalam pidatonya pada Senin di mana dia menuduh Amerika Serikat memimpin upaya internasional untuk menyandera China.
Senator Angus King, seorang independen yang berkaukus dengan Demokrat, meminta pandangan Haines tentang hubungan Beijing dengan Moskow.
“Apakah ini pernikahan sementara untuk kenyamanan atau hubungan cinta jangka panjang?” tanya dia..
“Ini terus semakin dalam,” jawab Haines, menambahkan bahwa dia akan ragu untuk menyebut hubungan Beijing-Moskow sebagai hubungan cinta.
“Ada beberapa batasan yang akan kami lihat di mana mereka akan pergi dalam kemitraan itu. Kami tidak melihat mereka menjadi sekutu seperti kami dengan sekutu di NATO, namun demikian, kami melihat peningkatan (kerja sama) di setiap sektor,” ungkapnya.
Laporan itu mengatakan Rusia mungkin tidak mencari konflik dengan Amerika Serikat dan NATO, tetapi perang di Ukraina membawa “risiko besar” dari itu.